Senin, 23 Desember 2024
Pasang Iklan?+6281369264097

Belajar Membatik: Nuwo Jejamo Lampung Satukan Lintas Budaya, Suku, dan Agama dalam Merayakan Hari Batik Nasional

avatar
2 months ago 419
KRAKATAU
Doc. Jurnalis
Kegiatan

Bandar Lampung, 4 Oktober 2024 - Nuwo Jejamo Lampung, sebuah ruang temu orang muda lintas suku dan agama di Provinsi Lampung, menggelar kegiatan Belajar Membatik Bersama dalam rangka Hari Batik Nasional. Acara yang diadakan di Deandra Batik Tulis Lampung, Jl. Garuda, Beringin Raya, Kecamatan Kemiling ini, dihadiri oleh 49 tamu undangan dari berbagai komunitas, termasuk mahasiswa asing dari Thailand.

Kegiatan ini dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan dengan doa bersama dan sejumlah sambutan. Yoga Pratama, Koordinator Nuwo Jejamo Lampung, menyampaikan sambutan pembuka yang dilanjutkan oleh pemilik Deandra Batik Tulis Lampung, Ibu Neti Budiman, serta Duta Pariwisata Lampung, Ummu Hani. Peserta diajak untuk mengenal lebih dalam tentang batik, terutama proses membatik tulis yang menjadi warisan budaya khas Indonesia.


Menurut Ibu Neti Budiman, acara ini memperkenalkan batik tulis secara lebih mendalam, mulai dari proses pembuatan pola dengan canting hingga teknik pewarnaan dengan malam yang alami. “Hari ini kita kedatangan berbagai macam keseruan, dari mahasiswa lintas daerah, lintas agama, mereka berkumpul di sini, itu waw banget buat kami. Masih di momen hari batik tanggal 2 kemarin ya. Ini merupakan hal yang luar biasa. Harapannya, mereka paham dengan batik, apalagi batik tulis. Dari situ saya berharap ada berkelanjutan, mungkin suatu saat mereka buka usaha batik. Mereka bisa membuka lahan pekerjaan. Mahasiswa merupakan hal yang luar biasa bagi saya. Dan mereka suka dengan batik. Terutama kita batik tulis. Melihat keseruan mereka, waw banget tadi. Semoga ada kegiatan seperti ini lagi ke depannya,” katanya.

“Batik tulis ini, saya menyiapkan kain. Batik itu batik, ombo (lebar), titik. Membatik itu kita membuat pola di kain putih. Kalau bahasa umum mereka tadi, kain mori. Itu kita pola. Kita gunakan canting di batik. Batiknya itu dengan malam itu bisa kita sebut batik tulis. Batik print itu bukan disebut batik. Yang disebut batik itu kegiatan mereka membatik di kain putih dengan malam panas, menggunakan alat canting.”

“Bahan-bahan, kain mori, malam itu terbuat dari getah damar (Gondorukem), sarang lebah madu, yang kalau kita peras sisa sarangnya. Sama lemak hewani kambing. Jadi tidak ada zat kimia di situ. Walaupun panas terus beruap, kita hirup tidak ada zat kimia di situ. Makanya kadang-kadang si lalat, atau kadang lebah, itu gigitin sih. Kesulitannya, batik tulis, mencanting tidak semudah teori. Kenapa batik tulis mahal? Karena praktiknya mahal. Karena butuh kesabaran dan ketelatenan,” tambahnya.

Tri, salah satu peserta, mengungkapkan, “Kegiatan hari ini, hari batik ini, sangat berkesan sekali karena di sini kita juga selain belajar tentang toleransi ya, karena pesertanya dari berbagai latar belakang baik itu agama, suku, ras, dan budaya. Dan kita juga diajarkan tentang bagaimana melestarikan budaya, dalam hal ini adalah batik. Jadi seru banget. Dan yang pasti, kegiatan ini bermanfaat dan memberikan dampak positif untuk kita semua. Dan semoga ke depannya bakalan terus ada,” ujarnya.


Suster Maryana dari Komunitas Susteran Hati Kudus Teluk Betung turut mengapresiasi upaya Nuwo Jejamo dalam merangkul orang muda lintas budaya untuk berkumpul dan belajar bersama. “Kesan dari kegiatan hari ini, saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan. Ini sangat bagus sekali bisa mengumpulkan banyak anak muda lintas budaya, lintas agama dari berbagai tempat untuk bergabung di sini. Dan secara khusus dalam memperingati hari batik ini dengan kegiatan ini. Ini sebagai wujud orang muda punya jiwa melestarikan budaya. Siapa lagi kalau bukan kita yang melestarikan budaya? Atau melestarikan batik ini? Karena batik ini asli milik kita. Sangat mengapresiasi untuk kegiatan ini. Dan sungguh luar biasa. Bagus. Appropriate untuk panitia,” tuturnya.

Acara Belajar Membatik Bersama ini diakhiri dengan sesi foto bersama dan harapan dari berbagai pihak agar kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan di masa mendatang, sebagai langkah nyata dalam melestarikan batik sebagai kekayaan budaya bangsa.(Yeni)

Bagikan:
Komentar
Lakukan Login dengan akun Google untuk isi komentar

Kategori